Radar Seluma.Bacakoran,co

Asal Mula Budaya Sekujang, Salah Satu Budaya Ikonik Seluma

Sekujang budaya ikonik Seluma--radarseluma.bacakoran.co

 

Ujang baru tahu dari warga, bahwa delapan bulan setelah meninggalkan Petalangan Padang Capo, Pasirah Mustafa meninggal dunia di daerah Sukomaju Sukaraja Seluma. Ujang sudah tidak bertemu lagi dengan ayahnya setelah perpisahan dulu. Peristiwa ini menambah kesedihan bagi  semua warga terutama Ujang, tapi ia menyadari bahwa maut adalah ketentuan dari Yang Maha Kuasa. Untuk menggantikan Pasirah Mustafa secara kompak warga menunjuk Ujang sebagai pemimpin mereka.

 

Selain peristiwa yang menegangkan dan kesedihan, Ujang juga merasa gembira bertemu kembali dengan wanita pujaannya Idut. Idut pun merasa senang bertemu kembali dengan Ujang pemuda pujaan hati yang baik hati. Banyak hal berbagi cerita antara keduanya, seperti cerita-cerita panjang yang tak ada habisnya. Keluarga Idutpun sangat senang dengan pribadi baik yang dimiliki Ujang.

 

Selanjutnya karena sudah merasa mantap dan yakin, Ujang dan Idut pun menikah dan dirayakan dengan meriah. Semua orang merasa bahagia dengan bersatunya pemuda dan pemudi baik tersebut. Masyarakat Sukamaju hidup berbahagia dan aman dari bahaya di bawah kepemimpinan Ujang.

 

Kebaikan Ujang selama ini berbuah kebahagiaan dan ketenteraman. Ujang menjadi pemimpin baik, mendapatkan istri yang baik, dan dihormati semua orang. Sampai saat ini masyarakat Sukomaju Seluma hidup sejahtera, rukun, damai, dan berpendidikan. Sebagian masyarakat Sukomaju  pindah ke  Kabupaten Kepahiang khususnya Desa Tapak Gedung. Saat ini banyak sekali keturunan Padang Capo di Provinsi Bengkulu yang sudah sukses di segala bidang baik pemerintahan maupun swasta. Kegigihan bekerja dan mencari ilmu serta perilaku baik menjadi modal besar bagi suku Serawai untuk meraih kesuksesan.

 

Peristiwa Ujang meminta makanan inilah yang kemudian diingat oleh masyarakat agar suka berbuat baik, bersedekah, dan selalu berdo’a terutama dalam menyambut datangnya bulan Syawal. Sebagaimana yang telah dilakukan Ujang. Pepatah mengatakan, “Orang yang baik meninggalkan namanya”.

 

Cerita ini merupakan cerita dari mulut ke mulut yang terjadi di masa lalu. Saat ini cerita ini diabadikan dalam bentuk kegiatan seni budaya yang rutin dilakukan pada saat datangnya Hari Raya Idul Fitri di Desa Padang capo dan beberapa desa di KecamataKabupaten Seluma.

 

Jika ingin menyaksikan langsung seni budaya ini, datang saja pada tanggal 1 Syawal setelah sholat Magrib di desa PADANG CAPO  Provinsi Bengkulu. Seni budaya ini sekarang diberi nama “Sekujang” berasal dari nama “Si Ujang”. Acara ini biasanya disaksikan banyak penonton yang datang langsung ke desa PADANG CAPO. Acara ini juga dilatarbelakangi untuk mengenang kebaikan Ujang

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan