Asal Mula Budaya Sekujang, Salah Satu Budaya Ikonik Seluma

Kamis 11 Apr 2024 - 10:07 WIB
Reporter : Admin
Editor : Erlin Marfiansya

 

Kepergian sebagian besar masyarakat ini sangat menyedihkan di antara kedua bela pihak yang mau pindah atau yang masih tetap tinggal. Penduduk yang ingin pindah pun berangkat hanya mengikuti langkah kaki belum tahu tujuan yang jelas, apalagi harus berpisah dengan Ujang dan beberapa warga yang terkenal baik lainnya. Sedangkan yang ditinggalkan sedih karena akan berpisah dengan saudaranya dalam waktu yang lama atau bahkan bisa jadi berpisah selama-lamanya.

 

Ujang harus berpisah dengan ayahnya Pasirah Mustafa. Selama ini, ia belum pernah berpisah dengan ayahnya. Meskipun berpisah, namun ayahnya merasa yakin dengan kepribadian dan bekal yang dimiliki Ujang. Ujang sudah menjadi pribadi yang baik dan siap untuk hidup dan bermasyarakat dimanapun.

 

Ujang sangat sedih dengan perpindahan warga petalangannya. Selain berpisah dengan Ayah tercinta dan warga petalangannya, Ia juga berpisah dengan wanita pujaan hatinya Idut. Idut  pindah ikut ayah dan ibunya serta keluarga besarnya. Berat memang bagi Ujang dan Idut untuk berpisah. Berpesanlah Idut pada Ujang, “Dang Ujang walaupun kita dipisahkan oleh jarak, namun kalau  Tuhan menghendaki kita berjodoh pasti akan ketemu juga”. Dengan rasa sedih Ujang pun merelakan kepergian Idut, “Ding Idut, pergilah bersama orang tuamu, jaga dirimu baik-baik, jangan lupa terus berbuat baik, selalu beribadah, dan semoga Tuhan selalu mendengar doa-doa kita”.

 

Pada hari yang sudah ditentukan, berangkatlah rombongan warga petalangan Padang Capo meninggalkan tempat kelahiran mereka. Mereka berjalan ke arah Selatan, namun tidak tahu tujuan yang jelas. Perpindahan ini terjadi hanya dalam waktu 1 hari saja. Masyarakat pergi di bawah pimpinan Pasirah Mustafa.

 

Setelah kepergian warga petalangan Padang capo, tinggallah beberapa orang saja. Akhirnya, Ujang sebagai pemimpin memulai hidup baru dengan kondisi pertalangan yang sepi. Namun dalam dirinya Ujang mempunyai keinginan suatu saat nanti ia bisa mencari dan menemukan kembali orang sepetalangan dengannya.

 

Ujang hidup di Petalangan yang jauh dari keramaian. Ujang juga terpisah dengan teman-teman sepermainannya yang sudah pergi. Kehidupan Ujang sangat tergantung dari alam. Untuk sekedar makan, Ujang mencari makanan di hutan berupa buah-buahan atau umbi-umbian. Kehidupan seperti inilah yang dilalui Ujang hingga hampir satu tahun. Namun Ujang tetap tabah dan selalu beribadah kepada Allah. Ia tetap menjadi pemuda yang baik dan bersahabat dengan lingkungan. Karena kebaikannya Ujang terlindungi dari bahaya termasuk dari serangan Harimau.

BACA JUGA:Sempat Normal di Rp 30 Ribu, Cabai Naik jadi Rp80 ribu/Kg

BACA JUGA:Kasus DBD di Seluma Meningkat, Nyawa Adik Tak Terselamatkan, Sang Kakak Masih Dirawat

Suatu ketika saat bulan Ramadhan menjelang hari raya Idul Fitri, Ujang sangat merindukan kebersamaan dengan saudara-saudaranya yang berpisah dulu. Ia ingin sahur, takbiran, dan lebaran bersama lagi. Terlebih Ujang sangat merindukan ayahnya. Ia berusaha lebaran tahun ini juga akan mencari saudara-saudaranya dan ingin bertemu lagi.

 

Kategori :