Asal Mula Budaya Sekujang, Salah Satu Budaya Ikonik Seluma

Kamis 11 Apr 2024 - 10:07 WIB
Reporter : Admin
Editor : Erlin Marfiansya

 

Suatu malam, datanglah kawanan Harimau menyerang petalangan Padang Capo mencari sasarannya. Saat itu ada sebuah rumah yang sedang terjadi pertemuan keluarga. Dalam pertemuan tersebut ada yang dicari oleh Harimau ada juga orang baik yang tidak dicari Harimau. Tiba-tiba Harimau mendobrak pintu belakang rumah “krak”, semua orang terkejut dan merasa takut. Namun karena pintu belakang dikunci dengan tunjang kayu yang besar, belum dapat dibuka oleh Harimau. Merasa belum berhasil, Harimau tersebut mendobrak pintu lagi sebanyak tiga kali “krak, krak, krak”. Karena sering didobrak, pintu rumah sudah hampir terbuka. Pada saat mau mendobrak yang kelima kalinya dan hampir masuk, beberapa kawanan Harimau seolah-olah mengetahui bahwa orang yang ada di rumah tersebut ada orang-orang yang baik juga. Akhirnya Harimau-Harimau tersebut mengurungkan niatnya untuk masuk ke rumah tersebut. Mereka mencari ke rumah yang lain lagi.

 

Tidak hanya malam, siang hari pun banyak Harimau yang menyerang warga di Petalangan Padang Capo. Seperti biasanya pemuda-pemuda Padang Capo bercengkerama dan bermain di sungai setiap pagi dan petang untuk membersihkan badan sebelum dan sesudah beraktivitas. Setelah selesai mandi mereka pun pulang berjalan kaki melewati jalan setapak. Tiba-tiba di tengah perjalanan datanglah kawanan Harimau mengejar untuk menculik pemuda-pemuda tersebut. Saat berangkat ke sungai berjumlah sepuluh orang, pulangnya tinggal berjumlah delapan orang. Anehnya yang hilang tersebut adalah pemuda-pemuda yang ikut membunuh anak Harimau. Pemuda yang baik lainnya tidak diganggu Harimau. Kejadian ini sudah beberapa kali terjadi.

 

Petalangan Padang Capo sudah tidak aman lagi, penuh ancaman, dan penuh ketakutan. Setiap hari ada saja orang yang meninggal dibunuh Harimau yang mengamuk. Suasana semakin mencekam, tidak hanya malam, siang hari pun Harimau datang untuk membunuh orang yang telah membunuh anaknya.

 

Selain terkenal sebagai pemimpin pemuda yang jahat, Kaghut terkenal sebagai pemberani dan jago silat. Walaupun petalangan Padang Capo sudah diserang Harimau, namun Kaghut belum menyadari akan kesalahannya. Kaghut tetap melawan dengan rekannya dan ingin terus menyerang Harimau. Suatu hari, Kaghut kembali berburu untuk membunuh Harimau yang menyerang petalangangnya. Kaghut dan beberapa rekannya membawa beberapa senjata dan perlengkapan berburu. Tiba-tiba Kaghut melihat dua ekor Harimau yang sedang berjalan di hutan dan Kaghut pun bersiap melemparkan tombaknya. Namun ada Harimau yang menyadari bahaya tersebut, ia segera menghindar dan segera berbalik arah untuk menyerang Kaghut. Khagut melawan dengan menyerang Harimau menggunakan senjata pedang dan tombak. Terjadilah pertarungan sengit, serang menyerang dan saling menghindar. Pertempuran berlangsung kurang lebih  satu jam. Karena Harimau sangat tangguh, akhirnya Kaghut tidak berdaya dan mampu dikalahkan Harimau dan Ia pun terbunuh dalam peristiwa tersebut. Teman Kaghut ada yang mampu menyelamatkan diri dan ada juga yang bernasib sama dengan ketua gengnya.

 

Setelah kematian Kaghut, ternyata serangan Harimau ke petalangan Padang Capo meredah. Harimau-Harimau tersebut seolah-olah tahu betul bahwa sasaran utama penyerangan mereka sudah tercapai, yaitu membunuh ketua geng yang berperilaku tidak baik. Walau hampir tidak ada lagi serangan dari Harimau, suasana mencekam dan trauma atas kejadian tersebut tetap ada di petalangan Padang Capo. Masyarakat merasa takut pergi ke kebun dan ke luar rumah. Perasaan sedih dan takut masih menghantui. Sedih karena teman dan keluarga banyak yang menjadi korban keganasan Harimau. Takut kalau-kalau Harimau tersebut kembali menyerang warga.

 

Beberapa pemuka masyarakat dan Pasirah Mustafa berembuk, mereka memikirkan bagaimana untuk kebaikan warga pasca serangan Harimau. Akhirnya mereka sepakat sebaiknya pindah saja dari tanah kelahiran tersebut. Hal ini dikarenakan tidak tahan memendam rasa sedih, takut, dan trauma berkepanjangan. Banyak yang setuju, tapi ada juga yang tetap ingin tinggal di tanah kelahiran karena merasa sayang meninggalkan rumah dan tanah pertanian. Perpindahan yang direncanakan pun belum tentu ke mana tujuannya.

 

Di tengah keraguan tersebut, akhirnya Pasirah Mustafa memutuskan bahwa yang berkeinginan pindah diperbolehkan dan nanti akan dipimpin dirinya. Warga yang ingin pindah mempersiapkan diri dan perbekalan untuk berangkat. Warga masyarakat petalangan Padang Capo pindah dari kampungnya secara besar-besaran. Perpindahan ini juga diikuti beberapa masyarakat yang dulunya tidak ikut membunuh anak Harimau karena ada kaitan secara kekeluargaan.

 

Pasirah Mustapa juga pindah ikut rombongan karena Ia merasa bertanggung jawab sebagai pemimpin warga. Pasirah tetap memberikan arahan dan semangat warga agar tidak putus asa dengan kejadian luar biasa yang menimpa Petalangannya. Untuk memimpin warga Petalangan Padang Capo yang tinggal, Pasirah Mustafa menunjuk Ujang anaknya.

Kategori :