Putrinya Dua Kali Gagal Masuk SD Negeri di Singapura, Denada Ungkap Perasaannya
Putrinya Dua Kali Gagal Masuk SD Negeri di Singapura--
Koranradarseluma.net - Penyanyi Denada mengungkapkan kisah pribadi mengenai perjuangan putrinya, Aisha, dalam mengikuti ujian masuk sekolah dasar negeri di Singapura. Dalam wawancaranya di kanal YouTube Daniel Mananta Network, Denada membagikan bahwa Aisha telah dua kali mencoba mengikuti ujian seleksi namun belum berhasil lolos. Situasi ini, menurutnya, menjadi pengalaman yang cukup berat secara emosional.
Denada menyampaikan bahwa momen ketika mengetahui Aisha tidak lolos untuk kedua kalinya, terasa seperti "ditonjok muka sendiri". Ungkapan tersebut mencerminkan betapa ia merasa terpukul sebagai seorang ibu, meski ia berusaha menyembunyikannya dari putrinya. Ia mengatakan bahwa sebagai orang tua, ia merasa gagal karena anaknya tidak diterima meski sudah berjuang keras.
Meski begitu, Denada menegaskan bahwa ia tidak menyalahkan Aisha atas kegagalan tersebut. Ia justru memuji semangat putrinya yang tetap kuat dan tidak menyerah. Ia juga mengatakan bahwa Aisha telah melakukan yang terbaik, dan tugasnya sebagai ibu adalah mendukung, bukan menambah beban psikologis anak.
Dalam sistem pendidikan Singapura, seleksi masuk sekolah negeri, terutama bagi warga non-permanen atau bukan warga negara, memang dikenal sangat kompetitif. Hal ini membuat banyak anak harus melalui proses seleksi yang ketat, termasuk ujian akademik dan wawancara. Denada mengakui bahwa ia telah menyiapkan Aisha dengan baik, tetapi hasilnya tetap di luar kendali mereka.
BACA JUGA:Joo Hyun Young Alami Kecelakaan Mobil, Aktivitas Syuting Ditunda Sementara
Denada juga menyinggung pentingnya orang tua untuk tetap menjaga kestabilan emosi saat anak menghadapi kegagalan. Ia percaya bahwa respons orang tua akan sangat memengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri. Ia berusaha menjadi tempat aman bagi Aisha untuk tetap merasa dihargai dan didukung.
Kejadian ini menjadi refleksi bagi Denada tentang bagaimana standar pendidikan bisa sangat menantang, bahkan di usia yang sangat muda. Ia menyadari bahwa tidak semua anak cocok dengan sistem pendidikan yang sama, dan tidak lolos seleksi bukan berarti anak tersebut tidak cerdas atau tidak mampu.
Denada juga mendorong masyarakat untuk lebih terbuka dalam melihat proses pendidikan anak. Menurutnya, keberhasilan akademik bukan satu-satunya indikator masa depan cerah, dan penting bagi anak-anak untuk merasa didukung tanpa tekanan berlebihan. Ia berharap pengalamannya bisa menjadi pelajaran bagi orang tua lain.
Dengan membagikan pengalamannya secara terbuka, Denada berharap banyak orang tua bisa memahami pentingnya mendampingi anak dengan empati, terutama saat menghadapi kegagalan. Ia ingin membangun semangat bahwa setiap anak memiliki waktu dan jalannya sendiri, dan tugas orang tua adalah memastikan anak tumbuh dengan penuh kasih sayang dan kepercayaan diri.
BACA JUGA:Penerbit Musik Eminem Gugat Meta Rp 1,7 Triliun karena Dugaan Pelanggaran Hak Cipta
