Bacoan Jemo Kito – Tumpeng, hidangan nasi berbentuk kerucut yang kaya akan simbolisme, telah diakui sebagai salah satu ikon kuliner tradisional Indonesia. Hidangan ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam budaya masyarakat Indonesia, terutama dalam konteks perayaan dan upacara adat.
BACA JUGA:Kenali 4 Jenis Pola Asuh Memiliki Dampak Signifikan Terhadap Perkembangan Anak
Tumpeng berasal dari tradisi Jawa dan sering digunakan dalam berbagai acara penting, seperti syukuran dan perayaan. Dalam budaya Jawa, tumpeng melambangkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen dan berkah yang diterima. Nasi tumpeng, yang disajikan dalam bentuk kerucut, melambangkan kesucian dan keharmonisan, serta sering kali dikelilingi oleh berbagai lauk pauk yang mencerminkan keberagaman dan kekayaan alam Indonesia.
BACA JUGA:7 Manfaat Utama Dari Mandi Air Hangat
Tumpeng biasanya disajikan dengan berbagai lauk pauk, seperti ayam goreng, tempe, telur pindang, dan sayuran urap. Penyajiannya yang khas, dengan nasi kerucut di tengah dan dikelilingi oleh lauk pauk, menjadikan tumpeng tidak hanya lezat tetapi juga menarik secara visual. Dalam konteks perayaan, tumpeng sering kali menjadi pusat perhatian, terutama saat perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, di mana tumpeng menjadi simbol persatuan dan kebanggaan nasional.
Seiring dengan perkembangan zaman, tumpeng tidak hanya disajikan dalam acara tradisional, tetapi juga mulai diadaptasi dalam berbagai acara modern, seperti ulang tahun, pernikahan, dan acara perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa tumpeng tetap relevan dan dapat beradaptasi dengan berbagai konteks sosial.