Radar Seluma.Bacakoran,co

Ulam Janji di Tahun Politik

Janji politik--radarseluma.bacakoran.co

 

Koranradarseluma.net - "Klo kito bangun, klo kito bantu, klo kito luluska, klo kito muluska, klo kito realisasika, klo kito alapka, klo kito anggarka, klo kito tambah, klo kita besakka," ujar sang calon di tanah serawai. 

Tetapi Ujung-ujungnya lupa, saking banyaknya janji. Tapi itulah seni dalam politik. Seakan tanpa janji, maka politik tidak jalan.

Tak heran jika setahun belakangan ini janji-janji ini semakin sering terdengar. Buka medsos, semuanya ikut kampanye. Konten kreatorpun tak lagi berkonten masak-masak atau komedi, semunya sudah berisi janji. 

Selain janji baru, ada juga yang mulai menagih, karena ternyata janji dahulu belum lunas dan kini sudah mulai mengkredit janji baru lagi.

 

Di tahun politik, tentu janji-janji ”manis” sudah mulai diumbar oleh sejumlah calon pemimpin berserta tim. Namun sebenarnya, janji-janji tersebut justru bisa menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Semakin banyak janji, akan semakin sulit memenuhi. Sehingga janji bisa berbalik menyerang. Hal itu terjadi ketika calon tersebut tidak bisa merealisasikan janji tersebut kepada publik, khususnya masyarakat. 

 

Terbukti di Pilleg 2024 kemarin, banyak ternyata anggota parlemen yang jadi alumni. Alias tidak lagi terpilih saat mencalon kembali. Hal ini tentu bukan sepenuhnya masalah tidak bisa memenuhi janji dengan konstituen, namun salah satu faktornya adalah itu, tidak terpenuhinya janji.

Janji-janji ini memang bisa menjadi bomeerang ketika janji tersebut tidak terealisasikan. Karena janji dalam politik kebanyakan hanya dibuat dan diucap sebagai bahan pemikat ataupun promosi dari seorang calon.

 

Tentu seharusnya, janji-janji yang disampaikan para calon kepada publik tentu harus terukur, memiliki parameter, dan bisa dibuktikan. Sebab, dalam politik juga harus memiliki etika, tidak hanya membodohi masyarakat, jangan sampai membuat masyarakat semakin bingung. 

Masyarakatpun tentu tidak mau terus dibodohi dengan janji. Sehingga muncullah pemilih yang apatis dan tidak lagi perduli dengan kualitas calon pemimpin. Karena kebanyakan umbar janji daripada bukti.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan