Radar Seluma.Bacakoran,co

Review Film Blink Twice: Thriller Satire dengan Ritme Ketegangan yang Terus Meningkat

Blink Twice--radarseluma.bacakoran.co

Koranradarseluma.net - Penonton semakin sering menyaksikan wajah Channing Tatum akhir-akhir ini. Dalam rentang sebulan terakhir, ada tiga film Channing Tatum yang menghiasi layar lebar, yakni Deadpool & Wolverine, Fly Me to the Moon, dan terakhir Blink Twice yang tayang di bioskop Indonesia mulai Rabu (21/8/2024).

Dalam Blink Twice, Channing Tatum tak hanya memerankan sosok antagonis utama, tetapi juga bermain dalam film yang menjadi debut sutradara dari tunangannya, Zoë Kravitz. Beritasatu.com mendapat kesempatan mengikuti screening perdana Blink Twice pada Selasa (20/8/2024).

Film ini mengikuti kisah Frida (diperankan oleh Naomi Ackie), seorang pelayan yang hidupnya berubah ketika bertemu Slater King (Channing Tatum), seorang miliarder muda yang sedang menghadapi skandal pribadi. Setelah bertemu di sebuah gala mewah, Slater mengundang Frida dan sahabatnya, Jess (Alia Shawkat) ke pulau pribadinya.

 

Awalnya pulau itu tampak seperti utopia, penuh dengan pesta, makanan mewah, dan minuman berlimpah. Namun, di balik kemewahan itu, ada sesuatu yang janggal dan menakutkan.

Kravitz dengan cerdas menggunakan latar dan estetika pulau indah yang sebenarnya menyimpan banyak rahasia gelap. Didukung sinematografi yang pas, setiap momen indah dalam film ini justru membuat penonton merasa ada sesuatu yang salah dan nasib buruk akan menimpa Frida.

 

Ritme ketegangan juga diatur dengan sesuai, meski awalnya terasa lambat. Penonton yang tidak menyaksikan trailer atau poster Blink Twice mungkin merasa selama sekitar 50 menit pertama film hanya berisi pesta dan mabuk-mabukkan ala Amerika. Namun, setelah adegan Jess digigit ular, ritme ketegangan diatur terus meningkat, hingga akhirnya mencapai klimaks film.

Penampilan Naomi Ackie sebagai Frida patut diacungi jempol. Ia membawa karakter ini dengan kombinasi antara kepolosan dan kekuatan, membuat penonton benar-benar terikat secara emosional pada perjalanannya. Ackie menggambarkan Frida sebagai sosok yang berusaha keras meyakinkan dirinya bahwa segala sesuatu di pulau itu baik-baik saja, meskipun instingnya mengatakan sebaliknya.

Channing Tatum yang biasanya dikenal dengan peran pria datar menawan, tampil berbeda dalam film ini. Ia memerankan Slater dengan pesona yang mencurigakan, membuat penonton terus-menerus bertanya-tanya tentang motifnya. Penampilan Tatum saat berpindah dari sosok karismatik menjadi mengerikan dieksekusi dengan halus.

Chemistry antara Tatum dan Ackie begitu intens dan penuh ketegangan, menambah kecurigaan penonton. Monolog pada klimaks film yang menampilkan Slater berkali-kali mengucapkan permintaan maaf, menampilkan totalitas akting dari Tatum dan pembuktian dirinya bukan sekadar aktor pria generik.

Selain cerita yang menarik, Blink Twice juga diperkaya dengan unsur-unsur dark comedy yang disisipkan secara satire. Karakter-karakter pendukung seperti Sarah (Adria Arjona), yang awalnya tampak seperti gadis tanpa otak, justru mendapatkan momen yang memukau di akhir film. Sentuhan humor gelap ini tidak hanya meringankan suasana, tetapi juga memperkuat kritik dan pesan sosial (khususnya tentang eksploitasi wanita) yang ingin disampaikan Kravitz.

Pada akhrinya, Blink Twice menjadi debut sutradara yang mengesankan bagi Zoë Kravitz. Pemeran Selina Kyle alias Catwoman dalam The Batman (2022) itu membuktikan dirinya juga memiliki kemampuan brilian di balik kamera. Dalam durasi 104 menit, Kravitz berhasil menyampaikan narasi yang padat dan menegangkan, menjadikan Blink Twice sebagai film thriller yang menyenangkan.

 

Tag
Share