Makna Hari Raya Waisak, Momen Suci Umat Buddha Merenungi Jalan Pencerahan
Makna Hari Raya Waisak --
Koranradarseluma.net - Hari Raya Waisak merupakan perayaan suci umat Buddha yang diperingati setiap tahun pada saat bulan purnama di bulan Waisak, yang jatuh antara Mei hingga Juni menurut kalender Masehi. Hari raya ini memiliki makna mendalam karena memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama, yang dikenal sebagai Trisuci Waisak. Yakni kelahiran Siddhartha di Taman Lumbini, pencapaian Penerangan Agung di bawah pohon Bodhi, serta wafatnya dan pencapaian Parinirwana di Kusinara.
Ketiga peristiwa ini diyakini terjadi pada tanggal yang sama dan menjadi pengingat bagi umat Buddha akan ajaran dan teladan Sang Buddha dalam mencapai kebahagiaan sejati melalui pembebasan dari penderitaan.
Di Indonesia, perayaan Waisak dirayakan secara nasional dan telah menjadi bagian dari kalender hari libur resmi. Salah satu perayaan terbesar dan paling khidmat berlangsung di kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Ribuan umat Buddha dari berbagai penjuru dunia berkumpul untuk mengikuti prosesi sakral yang dimulai dari Candi Mendut, melewati Candi Pawon dan berakhir di pelataran Candi Borobudur.
Prosesi Waisak tersebut diwarnai dengan pembacaan paritta suci, meditasi bersama dan pelepasan lampion serta burung sebagai simbol pembebasan dan harapan akan kedamaian dunia. Dalam suasana yang tenang dan penuh devosi, umat juga membawa lilin, bunga, air suci, dan dupa yang melambangkan kemurnian hati serta niat suci dalam menjalani kehidupan.
Setiap tahun, tema Hari Raya Waisak diangkat oleh Konferensi Agung Sangha Indonesia dan Sangha Theravāda Indonesia untuk mengajak umat merefleksikan nilai-nilai ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Tema tersebut biasanya menyentuh isu-isu sosial, spiritualitas dan pentingnya menjaga kedamaian serta keharmonisan antarsesama makhluk hidup.
Waisak bukan hanya menjadi momentum keagamaan, tetapi juga menjadi ajang memperkuat persatuan dan toleransi antarumat beragama. Di berbagai daerah, masyarakat lintas agama turut mendukung pelaksanaan perayaan ini sebagai bentuk solidaritas dan penghormatan terhadap keberagaman keyakinan di Indonesia. Kehadiran Waisak sebagai hari libur nasional juga menegaskan komitmen negara dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kebhinekaan.
Bagi umat Buddha, Hari Raya Waisak adalah waktu yang sangat berharga untuk merenungi kembali jalan hidup berdasarkan Dharma—ajaran Buddha—dengan memperkuat praktik kebajikan, menjauhi kejahatan dan menyucikan pikiran. Melalui perenungan ini, umat diharapkan dapat menapaki kehidupan dengan kebijaksanaan, kasih sayang dan kedamaian, sebagaimana yang diajarkan Sang Buddha.
