Tersangka yang Cabuli Anak Kandung Hingga 6x itu, Dilimpahkan ke Jaksa

Tersangka cabul-Tri Suparman-radarseluma.bacakoran.co
Koranradarseluma.net - Seorang ayah bejat yang tega melakukan persetubuhan atau pencabulan terhadap anak kandungnya sendiri. Akhirnya pada Kamis, 20 Februari 2025 siang, dilimpahkan ke pihak Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Seluma oleh tim penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Seluma.
Dalam pelimpahan terhadap tersangka yang diketahui berinisialkan SE (54) warga salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Sukaraja. Dilakukan setelah berkas perkara dinyatakan lengkap (P21) oleh JPU Kejaksaan Negeri Seluma.
"Iya, hari ini kita melakukan pelimpahan, serah terima tersangka dan Barang Bukti (BB) ke kantor Kejaksaan Negeri Seluma," sampai Kapolres Seluma, AKBP Arif Eko Prastyo, SIK MH melalui Kasat Reskrim, AKP Prengki Sirait, SH didampingi Kanit PPA, Ipda Bambang Ilyadi, SH dan Aipda Meki Ronandar, SH saat dikonfirmasi Radar Seluma usai pelimpahan tersangka.
Dari pantauan Radar Seluma, dalam pelimpahan terhadap tersangka terlihat diberikan pengawalan ketat oleh anggota Unit PPA Satreskrim Polres Seluma. Dengan dipimpin langsung oleh Kanit PPA, Ipda Bambang Ilyadi, SH bersama lima orang anggotanya. Pelaksanaan serah terima dilaksanakan di kantor Kejaksaan Negeri Seluma. Dengan diterima langsung oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Seluma, Eza Winda Gitalastri, SH MH.
BACA JUGA:Pelaku yang Cabuli Keponakan itu Diadili, Terancam 15 Tahun Penjara
BACA JUGA:Kebutuhan Hanya 1.204, 1.785 Peserta Lulus Administrasi PPPK Tahap II, Berikut Rinciannya
"Terduga tersangka kita kenakan dalam Pasal 76 D jo Pasal 81 ayat (3) Undang-Undang nomor 17 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana dan/atau Pasal 76 E jo Pasal 82 ayat (2) undang-undang nomor 17 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dan/atau pasal 6 huruf b jo pasal 15 ayat (1) huruf a, huruf e dan huruf g undang-undang nomor 12 tahun 2022 tentang tindak pidana kekerasan seksual," tegas Meki.
Berdasarkan Laporan Polisi Nomor (LP): LP/B/65/XII/2024/SPKT/Polres Seluma/Polda Bengkulu, tanggal 7 Desember 2024. Perihal dugaan tindak pidana setiap orang yang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain secara berlanjut yang dilakukan oleh orang tua dan/atau setiap orang yang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul yang dilakukan oleh orang tua dan/atau setiap orang yang melakukan perbuatan seksual secara fisik yang ditujukan terhadap tubuh, keinginan seksual, dan/atau organ reproduksi dengan maksud menempatkan seseorang dibawah kekuasaannya secara melawan hukum, baik didalam maupun diluar perkawinan yang dilakukan dalam lingkungan keluarga yang dilakukan lebih dari 1 kali yang dilakukan terhadap anak yang diatur dan diancam yang terjadi beberapa kali di salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.
Terduga tersangka melakukan persetubuhan atau pencabulan terhadap anak kandungnya sendiri yang masih berusia 15 tahun. Aksi pencabulan yang dilakukan oleh terduga tersangka tehadap korban yang diketahui merupakan anak kandungnya sendiri. Telah dilakukan sebanyak 6 kali. Aksi bejat dilakukannya pada tahun 2024 ini. Aksi bejat tersebut dilakukan oleh terduga pelaku di rumah kediamannya, saat kondisi rumah kosong.
Pasalnya, terduga pelaku dengan sang istri diketahui telah pisah ranjang. Memanfaatkan kondisi tersebut, terduga pelaku melakukan pengancaman terhadap korban. Dengan ancaman dari terduga pelaku, aksi bejat dilajukan oleh terduga pelaku terhadap korban.
"Untuk melancarkan aksinya, pelaku tidak memberikan iming-iming. Terduga lelaku memberikan ancaman terhadap korban," pungkasnya.
Aksi bejat yang dilakukan oleh terduga pelaku terakhir kalinya terjadi pada Rabu (4/12) yang lalu. Aksi bejat tersebut ketahuan lantaran pihak keluarga curiga dengan korban. Bahkan, aksi bejat yang dilakukan oleh terduga pelaku pun sempat ketahuan oleh keluarga korban. Hanya saja terduga pelaku terus membela diri.