Radar Seluma.Bacakoran,co
Banner Bawaslu Seluma

Kabar Baik, Ilmuan China Temukan Bakteri Bisa Kurangi Gejala Autisme

Ilmuan--Koranradarseluma.net

Koranradarseluma.net - Para ilmuwan di China menemukan bakteri baik yang biasa ditemukan dalam produk susu fermentasi, seperti keju dan yogurt, yang berpotensi membantu meredakan gejala autisme. Penemuan ini membuka peluang bagi pengobatan alami yang bisa melengkapi terapi autisme yang selama ini mengandalkan obat-obatan.

Dalam penelitian ini, para ilmuwan menggunakan tikus yang telah dimodifikasi secara genetik agar menunjukkan gejala mirip autisme, seperti sulit bersosialisasi dan mengalami gangguan belajar serta ingatan. Tikus-tikus ini kemudian diberikan bakteri Lactobacillus murinus setiap hari selama satu bulan.

"Hasilnya, tikus yang diberi bakteri ini menunjukkan perbaikan dalam perilaku sosial dan kemampuan belajar. Selain itu, kondisi usus mereka juga membaik, yang menunjukkan bahwa bakteri ini bisa berpengaruh pada kesehatan tubuh secara keseluruhan," tulis Dailymail, Selasa (18/2/2025).

Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), sekitar 1 dari 36 anak di Amerika Serikat didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme (ASD). Penyebab pasti autisme masih belum diketahui, tetapi beberapa penelitian menduga bahwa polusi dan bahan kimia dalam makanan serta air dapat memengaruhi perkembangan otak janin selama kehamilan.

Selama ini, terapi utama untuk anak dengan autisme adalah terapi perilaku dan terapi bicara, sedangkan obat-obatan biasanya hanya digunakan untuk mengatasi gejala tambahan seperti kecemasan atau gangguan tidur. Namun, penelitian bakteri susu bisa mengurangi gejala autisme ini menunjukkan bahwa bakteri baik dalam makanan bisa menjadi alternatif yang lebih alami dengan sedikit risiko efek samping.

Dalam penelitian ini, ilmuwan menggunakan 34 ekor tikus yang mengalami perubahan gen tertentu sehingga menunjukkan perilaku mirip autisme, seperti mudah cemas, sulit bersosialisasi, dan mengalami gangguan ingatan.

Peneliti sebelumnya telah menemukan bahwa kondisi usus yang tidak sehat bisa memengaruhi fungsi otak melalui hubungan antara usus dan otak. Berdasarkan hal ini, mereka menguji apakah Lactobacillus murinus dapat membantu memperbaiki gejala autisme.

Setelah 30 hari mengonsumsi bakteri ini, tikus-tikus dalam penelitian ini menunjukkan perbaikan dalam perilaku sosial dan kondisi usus mereka kembali lebih sehat. Penelitian lain di China sebelumnya juga menemukan bahwa usus yang tidak berkembang dengan baik bisa menjadi salah satu penyebab gangguan perilaku pada anak dengan autisme.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa keseimbangan aktivitas otak mulai membaik setelah pemberian bakteri ini. Selain itu, kadar dopamin, zat kimia di otak yang berperan dalam motivasi, pembelajaran, dan perhatian—juga meningkat setelah terapi probiotik ini.

Penelitian ini mendukung temuan sebelumnya bahwa Lactobacillus murinus dapat membantu memperbaiki gejala autisme melalui hubungan antara usus dan otak.

Meski baru diuji pada tikus, hasil penelitian ini memberikan harapan bahwa probiotik dari makanan sehari-hari bisa menjadi bagian dari pendekatan baru dalam terapi autisme di masa depan. Contohnya bakteri susu yang bisa mengurangi gejala autisme

Tag
Share