Radar Seluma.Bacakoran,co

Pemasaran Jadi Masalah Utama Penjual Gula Aren

Pelaku usaha gula aren, Pakumi (49) di kediamannya di Desa Kota Agung Kecamatan Seginim, Senin (28/10/2024) siang ditemui awak media Saat Melaksanakan Proses Produksi Pembuatan Gula Aren Masih Secara Tradisonal--

 

 

Koranradarseluma.net - Pembuatan gula aren di Desa Natiagung Seginim, Bengkulu Selatan mengalami kendala pemasaran. Para pelaku usaha kesulitan mencari mitra yang bersedia menjadi pengumpul. Demikian kata Pakumi (49), seorang pelaku usaha gula aren yang sudah menjalankan usahanya secara turun temurun."Penjualan gula aren selama ini masih sangat bergantung pada pesanan pelanggan,"ungkap Pakumi kepada awak media, Senin (28/10/2024) siang.

BACA JUGA:Filantropis Dubai, Anosh Ahmed Berikan Bantuan Sebesar £10 Juta untuk Mendukung Komunitas Rentan di Lebanon

 

 

 

Dikatakan Pakumi, gula aren dijual masih dor todor ke pasar tradisonal bahkan dijual secara terbatas dimana dijual tidak sekala banyak. Sebab distok lambatnya uang dihasilkan."Sampai sekarang belum ada pengumpul yang siap menampung semua produksi gula aren di sini, kalau ada yang mau jadi penampung, tentu jumlah produksi kami bisa tingkatkan lagi,"ucap Pakumi.

 BACA JUGA:Batal Dibangun 2024, Jembatan Simpang Dijanjikan lagi Tahun 2025

 

 

Produksi gula aren per hari sangat tergantung pada jumlah air legen (nira) hasil sadapan pohon aren. Bila di rata-rata, biasa memproduksi gula aren sebanyak 10-25 bungkus per hari."Satu bungkus atau yang biasa dikenal dengan istilah keping berbentuk bola dijual kepada pemesan senilai Rp 10.000 per satu bungkus. Untuk menghasilkan empat bungkus gula aren, paling sedikit membutuhkan 10 liter. Sedangkan kegiatan produksi hasilkan gula haren  siap dikonsomsi bisa membutuhkan waktu 8 jam,"kata Pakumi.

 

 

Tag
Share