Harga Jual Kembali Mobil Listri, Merosot Tajam

Mobil listrik--radarseluma.bacakoran.co
Koranradarseluma.net - Harga mobil listrik bekas terdepresiasi atau turun jauh lebih cepat dibanding mobil bensin dan hibrid. Dalam setahun, nilai jual kembali mobil listrik bisa merosot hingga 25%, lebih dari dua kali lipat dibanding mobil bensin yang hanya turun sekitar 11 persen. Sementara itu, mobil hibrid justru lebih stabil dengan penurunan harga paling kecil. Kondisi ini tentu perlu diantisipasi oleh pemilik mobil listrik yang masih berpikir kendaraan hijau mereka sebagai investasi.
Dikutip Drive, Selasa (18/2/2025), kondisi ini didasarkan pada penelitian Australian Automotive Dealer Association's (AADA). Menurut mereka harga mobil listrik bekas anjlok 2 kali lebih cepat dari konvensional terjadi karena beberapa faktor yakni diskon besar-besaran dari produsen, meningkatnya persaingan, serta perkembangan teknologi yang begitu cepat.
"Salah satu penyebab utama harga mobil listrik bekas turun drastis adalah agresifnya strategi diskon dari pabrikan. Sepanjang tahun lalu, banyak merek memangkas harga mobil listrik baru untuk meningkatkan penjualan, yang secara langsung menekan harga jual kembali unit bekas," tulis AADA.
Beberapa produsen besar menurunkan harga model andalan mereka hingga ribuan dolar. Tesla, misalnya, memangkas harga Model 3 dan Model Y di berbagai pasar global, termasuk AS, Eropa, dan Asia. Hal serupa dilakukan oleh merek seperti MG, Nissan, Polestar, dan BYD, yang menyesuaikan harga untuk bersaing di pasar yang semakin padat.
Dampaknya, mobil listrik yang dibeli sebelum pemangkasan harga mengalami depresiasi lebih cepat karena pembeli cenderan​g memilih unit baru dengan harga lebih rendah dibanding membeli bekas dengan selisih yang tidak signifikan.
Selain diskon besar, persaingan yang semakin ketat juga berkontribusi terhadap anjloknya harga mobil listrik bekas. Merek-merek baru, terutama dari China, mulai agresif memasuki pasar global dengan harga yang lebih kompetitif. Model-model terbaru dari produsen seperti BYD, Nio, Xpeng, dan Zeekr menawarkan fitur lebih canggih dengan harga lebih rendah dibanding merek-merek mapan seperti Tesla, Hyundai, atau Volkswagen.
"Di banyak negara, pabrikan otomotif konvensional juga mulai memperluas lini mobil listrik mereka, memperkenalkan model baru yang lebih efisien dan terjangkau. Kehadiran lebih banyak pilihan membuat permintaan terhadap mobil listrik bekas menurun, sehingga nilainya lebih cepat tergerus," analisa AADA.
Cepatnya perkembangan teknologi juga menjadi faktor utama yang mempercepat depresiasi mobil listrik. Setiap tahun, model terbaru hadir dengan baterai yang lebih tahan lama, teknologi pengisian daya lebih cepat, serta fitur inovatif seperti Vehicle-to-Load (V2L) dan Vehicle-to-Grid (V2G).
Bagi konsumen, memilih mobil listrik terbaru jauh lebih menarik dibanding membeli model lama yang memiliki teknologi lebih usang dan daya jelajah lebih pendek. Hal ini membuat harga mobil listrik bekas semakin jatuh dalam waktu singkat. Turunnya harga jual kembali bisa menjadi tantangan bagi industri mobil listrik, terutama bagi konsumen yang mengharapkan nilai jual kembali yang lebih stabil seperti halnya mobil bensin atau hibrid. Di sisi lain, fenomena ini juga bisa menjadi peluang bagi calon pembeli yang ingin memiliki mobil listrik dengan harga lebih terjangkau di pasar mobil bekas.
"Dengan semakin cepatnya perubahan di industri otomotif, harga mobil listrik kemungkinan akan terus berfluktuasi, bergantung pada strategi produsen, kebijakan insentif pemerintah, serta penerimaan pasar terhadap kendaraan listrik dalam jangka panjang," jelas AADA terkait harga mobil listrik bekas anjlok 2 kali lebih cepat dari konvensional.