Perilaku Menyimpang, Dapat Menjadi Tanda Penyakit Mental
Prilaku menyimpang--radarseluma.bacakoran.co
Koranradarseluma.net - Anggapan tentang perilaku menyimpang bisa bersifat subjektif dan kontekstual. Ini berarti suatu perilaku yang dianggap menyimpang di suatu tempat mungkin bisa dianggap normal di tempat lain, tergantung pada budaya, norma, dan aturan masyarakat yang berlaku.
Namun, secara medis, orang yang memiliki perilaku menyimpang dianggap perlu mendapatkan penanganan, terutama jika sudah mengganggu kehidupan sehari-hari dan membahayakan dirinya sendiri bahkan orang lain, misalnya mencoba untuk bunuh diri dan menyetir sambil mabuk.
Perilaku Menyimpang dalam Ilmu Sosiologi
Dalam ilmu sosiologi, terdapat 2 teori umum yang membahas tentang perilaku menyimpang, yaitu teori hubungan diferensiasi dan teori labeling.
Dalam teori hubungan diferensiasi, seorang sosiolog asal Amerika Serikat, Edwin H. Sutherland, menyatakan bahwa penyimpangan dapat terjadi setelah seseorang berinteraksi dengan lingkungan sosial dan mempelajari hal apa saja yang dianggap normal dan menyimpang, kemudian melakukan perilaku menyimpang tersebut.
Sementara itu, teori labeling yang dikemukakan oleh Edwin M. Lemert menjelaskan bahwa seseorang dapat melakukan perilaku menyimpang akibat adanya proses labeling atau stigma dari orang-orang di sekitarnya. Lalu, orang yang mendapat stigma tersebut berperilaku sesuai label atau stereotip negatif yang melekat.
Ada banyak contoh perilaku menyimpang dari sisi sosiologi. Salah satu contohnya adalah seseorang melakukan perilaku menyimpang setelah bergaul dengan teman-teman yang memiliki perilaku serupa.