Sejak setahun berdiri, usaha rumahan KWT ini hanya dapat memasarkan produk kripik di warung-warung kecil yang ada di sekitar desa tersebut. Kendalanya tidak lain adalah ongkos mereka yang mengantar produk yang tidak sesuai dengan hasil penjualan.
Walaupun demikian, mereka ternyata juga memainkan social media. Seperti Facebook dengan cara memanfaatkan live streaming pada saat proses memasak.
Meskipun melek digital, pelaku UMKM ini belum dapat cara bersaing dengan pasar digital yang banyak digarap anak muda. Dengan berbagai kendala dan tantangan, Asiah berharap kepada pemerintah bisa memberikan bantuan apapun itu meski berupa pelatihan dan dukungan lainnya.
Dengan semangat dan usaha yang konsisten, kelompok ibu-ibu ini membuktikan bahwa di tengah tantangan pasar digital. Masih ada harapan dan peluang untuk mengembangkan UMKM yang berkelanjutan. Mereka bukan hanya membangun usaha. Akan tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik untuk keluarga dan komunitas mereka.
"Kalau bicara harapan kami. Kami berharap adanya perhatian dari pemerintah mas di dalam pengembangan usaha UMKM Rumahan mas," pungkasnya.