Koranradarseluma.net - Banyak keluhan dan juga tantangan yang harus dihadapi oleh kaum ibu-ibu di dalam mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
Terlebih lagi tantangan di dalam pemasaran hasil usaha yang UMKM yang digeluti oleh kaum ibu-ibu rumah tangga pada saat ini. Salah satunya yakni, tantangan dalam pemasaran ditengah pasar digital yang semakin ketat.
"Kalau bicara tantangan banyak mas, apalagi di jaman digital saat ini mas. Tentunya tantangan yang harus kami hadapi dalam pemasangan hasil UMKM kami mas dan juga modal mas," kata Asiah selaku Ketua Kelompok UMKM Kelompok Wanita Tani (KWT).
KWT atau singkatan dari Kelompok Wanita Tani ini bergelut di bidang UMKM makanan ringan. UMKM KWT ini berada di Desa Sukasari, Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu. Hingga saat ini terlihat masih penuh semangat di dalam mengembangkan usaha yang digeluti oleh sekelompok ibu-ibu rumah tangga.
Dengan memanfaatkan hasil bumi. Yakni singkong, kaum ibu-ibu ini menyulap singkong menjadi makanan ringan (keripik singkong). Walaupun menghadapi berbagai hambatan, mereka berhasil menciptakan peluang pekerjaan yang setidaknya bisa memberikan kontribusi positif bagi ekonomi lokal.
Asiah mengatakan, jika UMKM KWT ini telah didirikan sejak setahun yang lalu. Saat ini telah mempunyai anggota enam orang. Awal mulanya para ibu-ibu ini fokus menanam sayuran yang tujuannya untuk berbisnis di sektor hasil pertanian.
Setelah berlangsung beberapa bulan. Usaha pertanian belum mendapatkan keuntungan. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk beralih ke usaha pembuatan keripik singkong.
"Kami tidak mendapatkan keuntungan yang baik dari usaha sayuran mas. Sehingga kami memutuskan untuk beralih ke pembuatan keripik singkong," ujar Asiah.
UMKM Rumahan ini secara tidak langsung, telah menggali potensi lokal dengan memanfaatkan keahlian dan sumber daya di lingkungan sekitar untuk berdiri mandiri secara ekonomi.
Bermula dari produksi kripik singkong yang berawal hanya sekedar coba-coba di tahun 2023 yang lalu. Ternyata setelah itu, produk kripik banyak diminati oleh masyarakat. Namun sangat disayangkan, keterbatasan modal membuat produksi kripik menjadi terbatas. Sehingga, produksi kripik singkong pun dilakukan seminggu sekali yang jumlah singkong untuk di goreng haya 1 kwintal.
"Kalau seusai produksi terbatas mas. Untuk omzet pun hanya sejuta per dua minggu. Ya, itu ada keuntungan bersih. Tapi kebanyakan beli bahan, untungnya dikit mas," terangnya.
UMKM ini masih dapat bertahan berkat semangat dan kekompakan para ibu-ibu yang sangat ingin mendirikan usaha tersebut. Bahkan, mereka rela merogok kantong sendiri jika belum ada keuntungan untuk membeli bahan keripik.
"Usaha inipun kami jalankan modal awal secara swadaya, tidak ada bantuan dari pihak pemerintah. Begitupun dengan alat-alat masak juga ada yang membawa sendiri dari rumah," keluhannya.
Keterbatasan modal tidak pernah menyurutkan semangat mereka. Dilihat dari tempat memasak kripik yang berlokasi di rumah Asia sendiri. Ingin menyewa tempat belum terlaksana, karena hasil penjualan seringkali cuma untung kecil dan belum dapat menyisahhkan untuk sewa tempat.
"Kami selalu mengedepankan kualitas produk (keripik) kami mas. Meskipun dengan segala keterbatasan," sampainya.