Koranradarseluma.net - Akhir-akhir ini dunia perpolitikan Bumi Serasan Seijoan sedang ramai dengan gaya politik saling serang antar tokoh politik hingga antar simpatisan. ENtah apa peran mereka di tim pemenangan, semuanya terlibat saling serang, bahkan saling hujat.
Media sosial dijadikan panggung untuk beradu argumen. Setiap langkah yang diutarakan dan diwacanakan akan mendapat pro dan kontra.
Saling serang antar elit politik ataupun simpatisan itu menguntungkan atau merugikan? Ini menjadi pertanyaan yang dampak buruknya menjadi penyebab hilangnya kepercayaan publik terhadap tokoh politik atau Paslon tertentu.
Wujud nyatanya calon yang disodorkan dalam pilkada tidak dipilih oleh rakyat karena penurunan kepercayaan terhadap para simpatisannya. Atau dalam bahasa kasarnya simpatisan bukan tidak suka dengan Paslonnya namun jengkel dengan tim pemenangannya yang terlalu over dalam berpolitik.
Politik saling serang dalam panggun poltik tentu memiliki keuntungan sekaligus juga ada kerugiannya.
Politik saling serang dianggap para tokoh politik cara cepat untuk mengangkat elektabilitas tokoh politik di tengah-tengah masyarakat. Hal ini sangat menguntungkan bagi Poslon untuk mempromosikan diri melalui jemari tim pendukung dan simpatisan dengan jalur medsos.
Dampak negatif gaya politik saling serang ini. Terkadang memunculkan citra negatif terhadap tokoh politik atau paslon itu sendiri. Dampak yang lebih luas partai tempat tokoh tersebut bernaung juga akan ditinggalkan simpatisannya.
Dalam jangka panjang orang-orang seperti ini akan tenggelam dalam percaturan politik. Karena Seluma tercinta ini masih menganut adat ketimuran etika dan sopan santun menjadi panglima dalam pergaulan di masyarakat.