Koranradarseluma.net - Teknologi light rail transit (LRT) Palembang memiliki karakteristik yang berbeda dibanding LRT di wilayah lain. Salah satunya adalah kecanggihan teknologi rel LRT Palembang yang didesain khusus agar bisa melintasi Sungai Musi yang dibangun pada 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo.
LRT Palembang berjalan melalui rel kereta layang tanpa balast dengan lebar sepur 1.067 mm (3 ft 6 in). Rel ini membentang sepanjang 23,4 kilometer (14,5 mil) dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di ujung barat hingga Depot OPI di ujung timur.
Teknologi persinyalan kereta ini menggunakan metode sinyal fixed-block, dengan dilengkapi peralatan rel ketiga. Menariknya, rel LRT Palembang dibangun menyeberangi Sungai Musi, sejajar dengan Jembatan Ampera.
Dalam sejarahnya, LRT Palembang mulai dibangun pada 2015. Proyek ini diinisiasi Pemprov Sumsel yang diusulkan gubernur kala itu, Alex Noerdin. LRT Palembang diarahkan untuk persiapan Asian Games pada Agustus 2018. Kala itu, Palembang merupakan salah satu kota yang menjadi tuan rumah pada ajang tersebut.
Jalur LRT Palembang memiliki panjang 23,4 kilometer. Sebagian besar merupakan jalur layang. Prasarana selesai dikerjakan pada Februari 2018. Uji coba dilakukan pada Mei 2018, dan dioperasikan secara penuh pada 1 Agustus 2018 untuk Asian Games.
Rute perjalanan LRT Palembang melintasi 13 stasiun, yakni DJKA, Jakabaring, Polresta, Ampera, Cinde, Dishub, Bumi Sriwijaya, Demang, Garuda Dempo, RSUD Sumsel, Punti Kayu, Asrama Haji, dan Bandara SMB II. Adapun waktu tempuh dari DJKA ke bandara dan sebaliknya berkisar 30 menit hingga 45 menit.