Koranradarseluma.net - Ahli ilmu gizi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Rosyanne Kushardina S.Gz MSi mengatakan maltodextrin merupakan salah satu bahan makanan tambahan (BTP) yang aman.
Hal itu karena terbuat dari bahan alami dan tidak hanya terdapat dalam susu formula. “Maltodekstrin biasa ditambahkan ke produk pangan sebagai pengawet, penguat rasa, filler atau meningkatkan volume, untuk meningkatkan tekstur, dan ada juga yang digunakan sebagai perisa,” ujar Rosyanne dalam diskusi kesehatan di Jakarta, Selasa (3/9).
BPOM telah mengatur soal bahan tambahan pangan melalui BPOM No. 11 Tahun 2019. Sesuai namanya, BTP ditambahkan secara sengaja ke produk makanan/minuman, untuk tujuan teknologi pada pembuatan maupun pengolahan pangan untuk menghasilkan komponen tertentu atau memengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung.
"Terdapat 27 golongan BTP, di antaranya pemanis, pengawet, pengental, penguat rasa, peningkat volume, dan perisa," ucapnya. Maltodekstrin juga kerap digunakan sebagai pengganti laktosa pada produk susu untuk mereka yang intoleransi terhadap laktosa.
Informasi soal ini penting disampaikan, karena belakangan beredar isu di media sosial maltodextrin dikatakan berbahaya untuk kesehatan anak dan meningkatnya diabetes.
"Padahal fakta sebenarnya tidak seperti itu," imbuhnya. Secara alami, maltodektrin tidak ada dalam bahan pangan, tetapi zat ini dibuat dari bahan alami, yaitu pati dari sumber karbohidrat seperti umbi-umbian, serealia, dan jagung.
Maltodekstrin sebenarnya hampir tidak memiliki rasa manis. Derajat kemanisan bisa diukur dengan dextrose equivalent (D), yang dibagi menjadi rendah (<20), sedang (21 – 55), dan tinggi (>55).
Maltodekstrin memiliki nilai DE 3 – 19. “Sehingga tidak tepat maltodekstrin dikaitkan dengan peningkatan kandungan gula pada susu, dan menyebabkan gagal ginjal pada anak,” tegasnya. Maltodekstrin telah dinyatakan aman oleh FDA dan Codex. Oleh FDA, maltodekstrin dikategorikan sebagai GRAS (Generally Recognized as Safe). Penelitian terkini menemukan, maltodekstrin resistan bisa difermentasi di usus besar menjadi SCFA (short chain fatty acid), yang bermanfaat bagi kesehatan mikrobiota usus