Koranradarseluma.net - Presiden mahasiswa Universitas PTIQ Jakarta Imran Ghifari menyoroti poin rekomendasi yang dihasilkan Silaturahmi Nasional Ikatan Alumni PTIQ (IKAPTIQ) yang digelar di Syahida Inn, Tangerang Selatan, Banten, pada 10 Agustus lalu.
Imran menyayangkan karena dari poin rekomendasi yang dihasilkan terkesan silaturahmi berbau politis. Silaturahmi Nasional kali ini diikuti berbagai angkatan alumni PTIQ Jakarta.
Hadir antara lain Jazilul Fawaid, Masykuri Abdillah, Prof. Dr. Dede Rosyada dan Musni umar. "Forum itu adalah forum yang sangat hangat, karena para alumni bisa bertegur sapa dengan teman semasa perkuliahan dulu," ujar Imran dalam keterangannya, Selasa (13/8).
Imran menilai momen silaturahmi nasional para alumni seharusnya menjadi ajang temu kangen dan berbagi pengalaman. "Ajang temu kangen seperti silaturahmi para alumni rasanya terlalu mahal ketika disisipkan dengan agenda politis oleh segelintir orang," ucapnya.
Imran meyakini banyak para alumni yang hadir untuk bersua dengan kawan lama, bukan untuk membicarakan hal-hal politis. "Sayang, kalau harus ter-klaim oleh segelintir orang," katanya.
Dalam salah satu poin hasil agenda yang mengemuka meminta penyegaran kepemimpinan Universitas PTIQ Jakarta. Para alumni menganggap kepemimpinan Rektor PTIQ sudah terlampau lama.
Terkait hal tersebut Imran menyatakan tidak mau terlalu menanggapinya. Dia menganggap hal itu adalah bagian dari hak para alumni. "Terkait jabatan rektor yang dianggap sudah lama, saya tidak ingin terlalu jauh menanggapi. Namun, saya pikir apa yang saat ini berjalan di rektorat sudah berjalan dengan baik dan terkait periode yang terlalu lama pasti itu semua ada dasarnya," kata Imran. Imran berharap para alumni bukan hanya sekadar berbicara terkait pergantian kepemimpinan di kampus, tetapi kemajuan PTIQ Jakarta. "PTIQ Jakarta saat ini sudah bertransformasi menjadi Universitas berkat kerja keras civitas akademika yang harus diapresiasi," kata Imran.