2. Menurunkan kadar gula darah Khusus bagi para pengidap penyakit diabetes, manfaat bawang bombai bisa menurunkan kadar gula darah. Sebuah hasil studi mengemukakan bahwa quercetin di dalam bawang bombai bisa membantu menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes.
3. Menyehatkan jantung Bawang bombai mengandung antioksidan dan senyawa yang bisa meredakan peradangan, menurunkan kadar trigliserida dan kadar kolesterol.
Oleh sebab itu, mengonsumsi bawang bombai bisa mengurangi risiko terkena penyakit jantung. Dalam sebuah studi, terdapat 70 orang dengan berat badan berlebih, mengonsumsi sekitar 162 mg estrak bawang per hari.
Hasilnya, tekanan darah sistolik mereka turun hingga 3-6 mmHg, dibandingkan dengan efek penggunakan plasebo.
4. Menurunkan risiko kanker Bawang bombai, seringkali dikaitkan dengan penurunan risiko kanker. Banyak studi yang mempelajari isu ini. Senyawa organosulfur yang dikandung bawang bombai disebut mampu mengurangi risiko munculnya kanker lambung dan kolorektal. Vitamin C di dalamnya juga mampu mencegah pembentukan radikal bebas dalam tubuh. Dengan ini, risiko kanker bisa berkurang.
5. Sebagai sumber antioksidan Antioksidan merupakan senyawa penghambat oksidasi, suatu proses yang mengarah pada kerusakan sel dan mengakibatkan penyakit kanker, diabetes dan jantung muncul. Bawang bombai memiliki kandungan senyawa ini. Faktanya, bawang bombai mengandung lebih dari 25 jenis antioksidan flavonoid yang berdampak baik bagi kesehatan tubuh.
6. Melawan bakteri Bawang bombai secara rutin bisa membantu melawan bakteri jahat dalam tubuh. Bawang bombai bisa melawan bakteri jahat yang berpotensi memberikan dampak buruk bagi tubuh, seperti Eschericia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus hingga Bacillus cereus.
Quercetin sebagai hasil ekstraksi dari bawang bombai dikenal sangat kuat dalam melawan bakteri.
7. Meredakan depresi Folat, yang banyak ditemukan dalam bawang, disebut bisa meredakan depresi. Homosistein mencegah darah dan nutrisi lainnya mencapai otak, sedangkan folat mencegah bahan kimia ini menumpuk secara berlebihan. Kadar homosistein yang tinggi bisa mengganggu tubuh memproduksi hormon serotonin, dopamin hingga norepinefrin. Akibatnya, tidak hanya memengaruhi suasana hati, tetapi juga kualitas tidur dan nafsu makan.