Sejarah saat Daendels Lepas Kekuasaan, Inggris Kembali Berjaya di Rempah Maluku

Sejarah saat Daendels Lepas Kekuasaan, Inggris Kembali Berjaya di Rempah Maluku--
koranradarseluma.net - Tahun 1810 menjadi saksi bisu perubahan dramatis peta kekuasaan di Nusantara. Di tengah gejolak politik Eropa yang melibatkan Prancis dan Inggris, wilayah Hindia Belanda turut merasakan dampaknya. Sebuah laporan terbaru mengungkap bahwa pada tahun tersebut, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, melepaskan kendali kekuasaan Belanda di Banjarmasin.
Langkah ini membuka celah bagi kekuatan lain untuk unjuk gigi.Tak lama berselang, tepatnya pada bulan Mei 1810, Britania Raya melancarkan serangan kilat yang mengejutkan. Ambon, Ternate, dan Tidore, tiga pulau penghasil rempah-rempah yang sangat berharga, jatuh kembali ke tangan Inggris.
Keberhasilan militer Inggris ini menandai babak baru dalam persaingan kolonial di wilayah timur Nusantara. Selain itu, ada sumber sejarah mencatat bahwa langkah Daendels melepaskan kekuasaan di Banjarmasin kemungkinan besar terkait dengan fokus pemerintahannya pada wilayah Jawa yang dianggap lebih strategis.
BACA JUGA:Manfaat Minum Teh Jahe Setiap Hari bagi Kesehatan Tubuh
BACA JUGA:Mafia The Old Country Rilis 8 Agustus 2025, Mengungkap Asal-usul Dunia Kejahatan di Sicilia
Namun, keputusan ini secara tidak langsung memberikan angin segar bagi ambisi Inggris untuk memperluas pengaruhnya di kepulauan Maluku yang kaya akan cengkeh dan pala. Kemudian serangan Inggris yang cepat dan efektif, menunjukkan keunggulan angkatan laut mereka pada masa itu.
Jatuhnya Ambon, Ternate, dan Tidore ke tangan Inggris tidak hanya merampas sumber daya ekonomi yang signifikan dari Belanda, tetapi juga memperkuat posisi strategis Britania di jalur perdagangan maritim Asia. Sehingga keberhasilan Inggris merebut kembali Maluku menjadi pukulan telak bagi kekuasaan Belanda di bawah pemerintahan Daendels.
Peristiwa ini juga menjadi pengingat betapa dinamisnya peta politik dan kekuasaan kolonial pada awal abad ke-19, di mana perebutan wilayah dan sumber daya menjadi agenda utama kekuatan-kekuatan Eropa.