Koranradarseluma.net - Berdasarkan Data Dinas Pertanian Kabupaten Seluma, saat ini petani padi tengah menghadapi panen raya. Terdata pada bulan Januari 2025 ada 966 hektare dan bulan ini 1360 Hektare.
Dijelaskan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Seluma, Arian Sosial melalui Kabid Pertanian, Joko Valeyantoro menyampaikan dari bulan Januari hingga Februari sebanyak 2.326 hektare lahan sawah yang sudah panen.
" Bulan Januari 966 hektare sawah, bulan Februari 1.360 hektare sawah. Kondisi saat ini Seluma sedang melimpah hasil gabah pertanian sawah" jelasnya.
Dilanjutkannya, untuk kendala petani pasti ada namun untuk gagal panen belum ada keluhan dari petani. Saat ini juga panen padi masih berlangsung di berbagai daerah persawahan di Seluma.
"Panen bagus, cuman kendala sering hujan, jadi jemur gabah terkendala cuaca. untuk kondisi harga gabah kering panen sesuai standar mutu gabah, harga Gabah Kering Panen saat ini Rp 6.500 per kg" jelas Joko.
Sementara itu, Sejumlah petani di Desa Air Latak, Kecamatan Seluma Barat, keluhkan penurunan drastis hasil panen mereka. Permasalahan yang dihadapi petani setempat cukup kompleks, mulai dari serangan hama tikus yang merusak tanaman padi, mahalnya harga pupuk, hingga rusaknya sistem irigasi yang sudah bertahun-tahun tidak terawat.
Salah satu petani, Eva, mengungkapkan bahwa pada musim panen kali ini, hasil gabah yang diperoleh jauh lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.
Sawah seluas seperempat hektar biasanya menghasilkan 40 karung gabah, namun kali ini hanya menghasilkan 24 karung. Menurutnya, serangan hama tikus yang sulit dikendalikan menjadi penyebab utama turunnya hasil panen.
"Dibandingkan dengan musim panen sebelumnya, hasil panen kami kali ini sangat merosot. Padi yang diserang tikus hampir tidak bisa dipanen dengan baik, " ungkap Eva.
Selain masalah hama tikus, petani di wilayah ini juga mengeluhkan kondisi sistem irigasi yang rusak parah. Irigasi yang sudah berusia puluhan tahun itu kini banyak mengalami kebocoran, sehingga air yang mengalir tidak sampai ke seluruh lahan persawahan.
Petani setempat terpaksa melakukan perbaikan dengan alat seadanya agar sawah mereka tetap terairi.
"Irigasi sudah bocor di sana-sini, sehingga air sering tidak sampai ke sawah. Kami memperbaikinya dengan alat seadanya, namun itu tidak cukup untuk mengatasi masalah ini," ujar Eva.
Masalah lain yang dihadapi petani sangat kompleks, salah satunya juga persoalan masih tingginya harga pupuk yang sulit dijangkau oleh sebagian besar petani. Pupuk subsidi yang seharusnya dapat meringankan beban mereka justru terbatas. Setiap kelompok petani hanya menerima lima karung pupuk subsidi, yang sering kali tidak mencukupi kebutuhan dalam satu musim tanam.
"Kami hanya mendapatkan 5 karung pupuk subsidi untuk setiap kelompok. Itu kadang hanya cukup untuk setahun. Sementara kebutuhan pupuk sangat besar, apalagi dengan hasil panen yang tidak maksimal," keluhnya.
Di tengah kesulitan yang dihadapi, Eva berharap pemerintah daerah dapat lebih memperhatikan kondisi para petani dan memberikan bantuan yang tepat sasaran. Ia juga menyoroti kurangnya distribusi bantuan, seperti bibit padi berkualitas dan alat mesin pertanian (alsintan), yang kerap tidak merata.